Hitung Kemiringan Tanjakan Tuh Pakai Persen Apa Derajat Sih?

Buat hitung kemiringan tanjakan, yang betul pakai persentase apa derajat? Lagian juga penting gak sih buat diketahui?

Jelas penting. Buat siap-siap.

Siap-siap cari alesan buat nolak kalau gak mau ikut.


Kami dari Mtbcyclingtour bukannya para penggila tanjakan yah. Sumpah. Seandainya bisa, rute yang kami lewatin inginnya turunan semua.

Sayangnya banyak rute syahdu yang kami jahit, mesti lewatin tanjakan dulu.

Jadi ya terpaksa nanjak.

Nah perkara tanjakan ini emang kalau bisa dihadapi pakai persiapan. Paling minimal... Tahu di depan ada nanjak.

Nah nanjaknya seberapa terjal itu yang kalau enggak nanya yang sudah pernah lewat, bisa juga nyontek pakai aplikasi macam Komoot dkk.

Biasanya kalau nanya orang, ada yang sebut sekian derajat, ada yang bilang sekian persen. Itu ternyata eh ternyata enggak sama.

Lantas menghitung kemiringan tanjakan itu bagusnya pakai yang mana biar akurat tahu itu tanjakan landai aja apa macam tembok sih? Ada yang nyebutnya derajat, ada yang mainan komisi eh persen.

Ternyata pakai derajat atau persen itu konteksnya beda. Ga ada yang salah tapinya ya...

Kalau ada yang nyebut tanjakan itu miringnya sekian derajat, itu cuma dihitung di titik itu saja.

Contoh kami waktu ke Batulayang kemarin, ada yang sampe 27 derajat kemiringannya.


Tapi kalau ngomongin pake persen, Batulayang itu 17% gradiennya.

Lah kok beda jauh? Soalnya buat ngitung elevation gradient, harus ada 2 faktor utama yang mesti diketahui.

Yang pertama, jarak dari titik A ke B (horizontal run). Yang kedua, ketinggian titik A dan B (vertical gain).

Kasarnya elevation gradient itu persentase kenaikan yang ditempuh setelah jarak tersebut. Misal grade 10% kalau jaraknya 100 meter, bakal ada kenaikan 10 meter. Kalau jaraknya 1 km, berarti perbedaan ketinggiannya 100 meter, dan seterusnya.

Nah kalau di beberapa aplikasi macam Komoot, pas ngecek jalur misalkan tertulis gradient 10%, ekspektasikan aja 100 meter ke depan bakal ada perbedaan ketinggian 10% dari titik awalnya.

Saya bisa nemu angka 17% itu pake website ini sih -> (KLIK)

Jadinya Tanjakan Batulayang itu bisa digambarin kayak gini: Jaraknya 1,63 Km, gradien 17% dengan kemiringan paling terjal 27°.

Gampang kan?

Contoh lagilah, saya ukur segmen Salasakahiji dari RSHS sampai Lembang yah...

Jaraknya 11,7 Km dengan elevation gain 510 meter, berarti gradiennya 4,3% dengan keterjalan maksimal 11°.

Kelihatan cetek dibanding Batulayang? Oh jelas tidak. Buat yang sudah pernah nanjak ke Lembang pasti tahu lah ya sama aja bikin cape.

Kelihatan cetek gara-gara jaraknya lebih panjang aja. Pokoknya makin jauh jarak, hitungan persentasi gradien pasti makin kecil.

Jadi angka persentase itu enggak menentukan tanjakannya bakal terjal atau enggak yah, karena misalnya dalam 1 Km bisa saja ada tanjakan yang 15 derajat, lalu landai dikit, tiba-tiba jadi 20 derajat, lalu landaai terus.

Tapi kebalikannya juga, kalau ada yang bilang ke suatu tempat nanjaknya sampai 20 derajat, ya bukan berarti terus-terusan begitu. Mungkin maksudnya ada titik yang nanjaknya sampai segitu, tapi sisanya sih landai.

Makin jauh jaraknya, memang gradien makin enggak akurat. Makanya biasanya dibagi-bagi per segmen misal 1 Km, kayak di Col du Tourmalet yang biasa dipakai di Tour de France. 

Gradenya cuma 7,3%, tapi jaraknya 17 Km!

Lihat gambar di bawah. Kebayang yah maksudnya...

...

Btw, saya jadi kepikiran nulis begini gara-gara sebulanan terakhir sering muter-muter di daerah Perbukitan Cililin-Kutawaringin.

Asli di daerah itu ga ada yang bener semua level tanjakannya. Banyak banget titik yang keterjalannya di atas 20°.

Kalau mau saya bandingin sama tipikal rute-rute Bandung Selatan dan Utara, di sana tanjakannya panjang-panjang tapi sudutnya jarang di atas 20°.

Ibarat tinju, maenannya jab terus ke muka. Konstan berkali-kali sampe TKO.

Kalo di Cililin-Kutawaringin yang sering saya plesetin jadi Mukawaringin Empire, itu udah kaya kena hook uppercut.

Modelan sekali tonjok bisa bikin KO.

Lah udah tahu kayak gitu kenapa masih aja disamperin, ya soalnya jalurnya syahdu beneran.

Nanjaknya nyiksa, tapi rewarding. Syahdu. Dan turunannya asyik.

Kan udah kami bilang, kami dari Mtbcyclingtour bukan mau nyiksa. Maunya yang syahdu sama turunan enak, kok.

Sayangnya ya terpaksa nanjak dulu...

Yah ini beberapa segmen tanjakan di Mukawaringin Empire yang bikin natap langit dan meratapi nasib. 


1. Gantole via Singajaya. Grade 13% - 2,57 Km.

2. Gantole via Walahir. Grade 6,5% - 6,3 Km.

3. Andes via Cilame. Grade 13% - 2,52 Km.

4. Andes via Cikoneng. Grade 8% - 4 Km.

5. Puncakmulya via Soreang. Grade 6% - 4,3 Km.

6. Puncakmulya via Cikoneng. Grade 6% - 4,6 Km.

7. Batulayang. Grade 17% - 1,6 Km.

8. Jatisari. Grade 11% - 1,18 Km.

9. Bahubang-Batukarut. Grade 7,5% - 4,21 Km.

10. Cibodas-Batukarut. Grade 11% - 1,9 Km.

11. Sarongge Lama (Perwira). Grade 18% - 0,5 Km.

12. Sarongge Baru (Tangkal Kalapa). Grade 30%++* - 0,06 Km.

*harus liat sendiri biar percaya 🤣

...

Masih banyak lagi sebetulnya tanjakan barbar di Mukawaringin Empire. Tapi kan belum kami cobain. 

Sekali lagi kami bilang, kami enggak mau nyari tanjakan. Tapi TERPAKSA!




Posting Komentar

0 Komentar