Tiada Jalan Mudah ke Warung Lemon Teh Bu Adah

 

Berbeda sama Warung Lemon Teh Nur di Cibodas yang banyak dikenal goweser Bandung, Warung Lemon Teh Bu Adah mungkin lebih terkenal di kalangan motor trail / crosser trabasan. Padahal jarak antar keduanya deket banget.

Iya dekat kalau tarik garis lurus secara horizontal. Tapi kalau lihat elevasi, bedanya hampir 200 meter!

Memang enggak ada jalan yang mudah ke warung Bu Adah, setidaknya kalau pakai sepeda.

Kalau ketemu goweser di area sekitar Warung Lemon Teh Bu Adah, hampir dipastikan orangnya suka nanjak (atau terpaksa dikuat-kuatin nanjak).

Tapi harus saya akui, ada perbedaan dari rasa Lemon Teh Bu Adah ketimbang Lemon Teh Nur (yang masih saya akui terbaik se-Bandung Raya).

Warung Lemon Bu Adah lebih kuat aroma rempahnya. Dan kalau kamu pesan lemon teh di sana, memang defaultnya dikasih yang pakai rempah.

Saya enggak terlalu paham rasa rempah, yang jelas di Bu Adah lebih terasa cengkehnya. Lalu ada aroma unik kayak adas atau kapulaga? Jelas unik in a good way kalau buat selera saya.

Saya sebenernya suka sama rasa Lemon Tehnya. Tapi kalau ingat jalurnya kadang langsung malas ke sini...

Ada beberapa jalur yang bisa dicoba untuk sampai ke tempat ini.

Jalur pertama via Gunung Buleud Pass dari Warung Lemon Teh Nur, tinggal naik saja lewat tanjakan SD di sebelah Teh Nur.  

Ini enggak saya sarankan sebenarnya, karena waktu terakhir lewat situ beberapa bulan lalu jalurnya sudah hancur. Sudah gitu nanjaknya edan pula dengan gradien 18 persen-an.

Jalur utara via Gunung Buleud mulai hancur lebur aspalnya, tapi pemandangan paling bagus dari arah ini.

Kalau mau coba jalur lain yang mulus, bisa dicoba lewat Jatisari. Full sudah dicor tapi ada tanjakan nggilani-nya dengan gradien maksimal 26%.

Enggak jauh memang tanjakanya terjalnya, tapi ngeselin aja bikin sepeda ngangkat-ngangkat.

 Ini segmen 26% di Tanjakan Jatisari. Kamera memang tipu-tipu...

Tapi kalau kedua jalur itu dirasa terlalu berat, bisa dicoba nanjak lewat Situwangi yang sama aja sih beratnya. Gradiennya rata-rata di atas 10 persenan juga kok.

Secara gradien, nanjak ke Bu Adah lewat Situwangi paling enggak terjal, tapi paling jauh

Nah kalau penasaran mau coba, hati-hati warung Bu Adah itu enggak setiap hari buka. Jangan sampai emosi ya sudah cape-cape nanjak malah tutup.

Yang pasti sih tiap akhir pekan buka. Atau kalau ada event motor trail (trabasan), warung ini pasti buka.

Soalnya warung bu Adah udah terkenal jadi basecamp buat kalangan crosser sebelum menerabas jalur-jalur di sekitar perbukitan Kutawaringin hingga Mukapayung, Cililin.

Tentu saja jalur-jalur trabasan ini enggak disarankan buat dilalui sepeda ya, karena motor mah enggak peduli tanjakannya kayak apa juga bisa naik. Belum lagi jalurnya banyak yang ngegot.

Tapi ada dua jalur di dekat warung Bu Adah yang enak buat dilalui dengan sepeda.

Ada singletrack selatan warung yang membawa kamu turun lagi ke arah Warung Lemon Teh Nur.

Singletrack Selatan bisa dipilih kalau kamu nanjak dari Situwangi/Jatisari dan ingin turun di Warung Lemon Teh Nur

Lalu ada singletrack utara yang jalurnya asyik dan full mudun sampai kamu turun lagi ke Situwangi.

Singletrack utara bisa dipilih kalau kamu sudah nanjak dari arah Teh Nur atau Jatisari. Biar enggak bolak balik...

Sekarang sih saya selalu pilih turun lewat singletrack utara kalau mau turun dari Warung Bu Adah.

Selain karena memang rumah saya di Lagadar yang bisa langsung tembus via Cipatik Selacau dari Situwangi, viewnya juga keren banget kalau lewat sini.

Awalnya doubletrack, lama-lama singletrack...

Tertarik mencoba? Saran saya, mending naik motor saja...

Memang sih jalannya susah kalau gowes ke Bu Adah. Sekali lagi saya ingatkan, enggak ada yang mudah! 

Tapi kalau kamu mau punya kisah nanjak sampai sana (paling tidak sekali), ya bisa dicek saja tautan komoot di bawah: