Rute Gowes Wajib Pecinta Kopi, Nyeduh Sendiri di Koperasi Rimba Lestari Gununghalu... Gratis Sampai Kembung!

 


Sudah entah berapa kali kami gowes ke rute Gununghaloop, tapi jujur saja, baru belakangan ini kami menyempatkan diri mampir ke Koperasi Rimba Lestari dan mencicipi langsung Kopi Tangsijaya Gununghalu.

Kalau ada yang bilang tempat ini hidden gem, yaa… agak berlebihan. Lokasinya jelas banget—di pinggir jalan utama, gedungnya besar, dan plangnya pun mencolok. Tapi kenapa baru sekarang mampir?

Bukan karena enggak tahu tempatnya, sih. Tapi biasanya kami terlalu asyik ngebut pas lewat daerah Tangsijaya. Soalnya letaknya ada di turunan dan tikungan, jadi sering banget kebablasan. Mau balik lagi? Hmm... biasanya sih keburu malas, hehe.

Yang unik, jangan harap kamu bakal dilayani saat mau ngopi di sini. Karena di sini, kamu disambut dengan… DIY Coffee!

Yep kalau mau ngopi di sini, bikin sendiri!

Waktu akhirnya kami mampir, niatnya cuma satu: istirahat sambil ngopi santai. Sudah terbayang duduk manis sambil menunggu kopi disajikan.Tapi kenyataannya... beda.

Di Koperasi Rimba Lestari, kamu enggak akan dilayani untuk ngopi. Karena kamu disuruh bikin sendiri. Dan GRATIS.

Iya, serius. Di dalam koperasi sudah tersedia tempat duduk, air panas, dan toples-toples kopi bubuk. Mau seduh satu gelas, satu teko, atau sampai kembung dan mabuk kafein, silakan! Bebas!

Bisa kebablasan ngobrol sambil ngopi-ngopi di sini

Kalau kamu tertarik bawa pulang kopinya, baru deh mesti beli. Di sini tersedia beberapa varian dari merek Kopi Tangsijaya, mulai dari Robusta hingga empat jenis Arabika: Fullwash, Natural, Honey, dan Wine process.

Harganya juga terjangkau sih kalau saya bilang. Robusta: Rp 35.000, Arabika fullwash/natural/honey: Rp 50.000, dan Arabika wine: Rp 60.000. Semua kemasan berisi 200 gram. Kalau beli banyak, siapa tahu bisa nego harga grosiran (belum saya coba, sih!)

Nah soal rasanya? Tergantung Lidahmu.

Saya bukan coffee connoisseur, jadi jangan terlalu percaya dengan tasting note versi saya.


Tapi ini kesan pribadi: Fullwash punya body yang kuat dan bold, dengan aftertaste khas dark chocolate.Natural terasa lebih floral. Wangi tapi enggak terlalu overwhelming. Masih aman kalau kamu baru-baru nyoba ngopi. Ini pilihan paling aman.Kemudian Honey process agak asam dan fruity, bahkan sempat saya kira mirip nangka.

Robusta dan Wine-nya belum sempet saya coba sih. Terakhir ke sana itu Robusta belum panen dan Wine Process-belum jadi.

Kalau kamu lebih paham soal kopi, kamu wajib banget coba sendiri dan kasih review versi kamu!

Yang menarik, kopi dari Tangsijaya ini jarang kamu temui di kafe-kafe fancy kota besar. Tapi justru sudah sampai Belanda dan Australia, loh.

Enggak heran sih, karena ternyata perkebunan kopi di Gununghalu sudah ada sejak zaman cultuurstelsel alias kerja paksa Belanda tahun 1840-1870. Waktu itu, hasil panen langsung dikirim ke Belanda, tanpa bisa dinikmati warga setempat.

Proses fermentasi biji kopi...

...dalam greenhouse Koperasi Rimba Lestari.

Baru sekitar tahun 1980-an, warga mulai mengelola kembali perkebunan yang terbengkalai. Beberapa program KKN dari berbagai universitas ikut bantu menghidupkan kembali potensi kopi lokal ini.

Hal paling unik dari Koperasi Rimba Lestari adalah sistem produksinya yang ramah lingkungan. 

Mereka menggunakan pembangkit listrik mikro-hidro dari aliran Sungai Cidadap. Jadi dari produksi sampai seduhan, semua terhubung dengan alam.

Saya sendiri enggak bisa terlalu dalam menjelaskan soal koperasinya...Tapi yang pasti, buat kamu yang suka gowes dan ngopi, rute Gununghaloop ini wajib banget disinggahi. Cicipin kopi lokal, istirahat sejenak, dan rasakan pengalaman ngopi yang beda.

Untuk lokasi koperasinya, kamu bisa klik langsung di tautan Komoot di bawah. Kalau masih bingung arah atau mau bareng ke sana, DM aja via IG @mtbcyclingtour.

Sampai jumpa di tanjakan dan tegukan pertama ☕🚴‍♂️





Posting Komentar

0 Komentar