Kampung Kukulu, Sumedang


Titik Start : Batas Kota Cibiru

Panjang Rute : 95 Km

Durasi : 10 Jam

Tekstur Jalan : Aspal, Beton, Single Track, Gravel

Tipe Gowes : Cross Country

Titik Finish : Alun-Alun Tanjungsari

Berawal dari rasa penasaran saya setiap melalui jalur Cadas Pangeran baik menuju ke timur atau sebaliknya, itu kan jalurnya menyusuri tepian bukit yang lumayan lebat vegetasinya. Di sisi kanan, kalau dari arah Bandung menuju Sumedang viewnya berupa perbukitan yang hijau banget sepanjang Tanjungsari sampai ke kota Sumedang. Itu yang selalu menarik perhatian saya. "Apa ada ya jalur di balik perbukitan itu?".


Berangkat berdua, saya dan temen subscriber saya, Om Yan Yan, menuju Kabupaten Sumedang setelah sarapan dulu di Lontong Sayur Padang langganan di batas kota. Menyusuri jalur nasional di Cadas Pangeran yang super syahdu sampai alun-alun Kabupaten Sumedang. Daerah perbukitan yang paling sejuk menurut saya. Sekarang semakin sepi setelah lajur Tol Cisumdawu sudah beroperasi.

Setelah sampai di alun-alun Kabupaten Sumedang, belok menuju rute yang sudah saya riset sebelumnya, sambutan suasana syahdu langsung saya rasakan. Pepohonan rimbun dan suasana perkampungan yang sepi, suara-suara teriakan-teriakan ibu-ibu dari dalam rumah, kokok ayam. Ah, pokoknya ini banget yang saya cari.

Nanjak? Pasti jooww.. Dari Bandung menuju Sumedang kan jalurnya turun. Kalau dari Sumedang menuju Bandung pastinya ya nanjak. Tapi bukan tanjakan yang jadi fokus saya. Suasana pedesaaan yang terasa banget, padahal alun-alun kota jaraknya nggak terlalu jauh, tapi nuansa kota langsung hilang begitu masuk jalanan yang semakin menyempit ke arah selatan.

Menyusuri jalur perkampungan menuju Tanjungsari ini semakin menarik. Saya baru sadar bahwa Kabupaten Sumedang ini adalah sebuah kota yang berlokasi di antara perbukitan yang cukup rapat. Dari alun-alun menuju ke arah manapun pasti akan menjumpai tanjakan-tanjakan yang bisa dibilang cukup lumayan. Jalur gowes menuju Tanjungsari lewat Kampung Kukulu ini juga sama. Tanjakan dan tanjakan mulai dari yang ringan sampai yang nggak mungkin untuk digowes, semuanya ada.

Menolak jalur yang biasa, kami memutuskan untuk mencoba rute yang agak sedikit keluar dari normal. Di Maps nggak ada, di Komoot juga nggak ada. Pokoknya base on faith banget. Jalur yang tadinya aspal berubah jadi gravel, lalu mulai tertutup tanah, dan akhirnya bener-bener jadi jalur single track yang terus bikin rasa penasaran kemana ujungnya. Lumayan juga sih. Durasi "penasaran" ini harus memaksa kami mengorbankan sekitar 1,5 jam di jalur sepi tapi syahdu ini.

Kampung Kukulu ini adalah satu-satunya akses jalan yang harus saya lewati. Sebenarnya ada jalur lain, tapi itu adalah jalur pendakian, dan pastinya harus terus nanjak sampai ke kaki Gunung Kareumbi. Bukan pilihan bagus. Saya pilih lewat Kampung Kukulu aja.

Jalurnya berupa jalan setapak menyusuri pemukiman warga yang sudah dibeton, tapi super licin karena basah dan berlumut. Pepohonan rimbun di sepanjang jalur setapak, ditambah memang jarang yang lewat, lumut tumbuh subur di pinggir-pinggir jalur yang kami lalui. Setidaknya sejauh sekitar 400 meter kami harus mendorong sepeda, karena memang licin sekali.

Baru setelah sampai di area terbuka yang kering kemudian kami bisa gowes lagi menikmati tanjakan dan pudunan syahdu menyusuri jalur gravel khas perkampungan. Bahwa ternyata ada kehidupan di balik perbukitan sepanjang Tanjungsari sampai Sumedang, ini sangat menarik dan merupakan pengalaman yang bakal saya ingat untuk waktu yang lama.

Temen-temen mau nyoba rute adventure ini?

Posting Komentar

0 Komentar