Ya sesuai sama judulnya, kemarin kami gowes ke peternakan lebah yang ada di Mekarwangi. Oia kami gak perlu jelasin lebih banyak lagi soal destinasi ini karena sudah pernah saya bikinin artikelnya di web ini (KLIK DI SINI - RUTE MENUJU KEBUN TEH MEKARWANGI).
Nah selama ini kan kalau ke Mekarwangi kami selalu lewat doang. Soalnya kebun teh ini memang jadi rute lintasan kalau kami mau main ke Gununghaloop, Celak, Sindangkerta, Kohl Flat, dan rute lain yang lintas Bandung Selatan - Bandung Barat.
Sudah gitu kebun teh ini ada Alfamartnya pula. Dijamin bikin kaget geleng-geleng kepala kalau baru pertama kali lewat sini. Sudah lintas hutan, lintas kebun teh, lah malah ketemu Alfamart di tengah perkampungan.
![]() |
Alfamart Mekarwangi. Salah satu keajaiban di Bandung Barat |
Nah satu spot yang bikin penasaran dari dulu adalah lihat titik di Google Maps. Tulisannya peternakan lebah madu. Bukan hanya itu, ada jalur lintasan yang menuju Ciwidey pula.
Anehnya, kalau di Komoot jalur itu terputus. Wah cocok lah ini buat disamperin.
Saya (Agun) sempat ngobrol sama Ayung soal rute ini. Ternyata duluuu banget dia sempat lintas lewat rute itu. Tentunya sambil gowes.
"Oh... Site-B itu. Ada jalurnya. Enggak putus kok! Syahdu banget malah," kata Ayung. "Tapi sekarang sudah dicor yah!"
Hah? Site B?
"Iya. Site Bee (maklum sudah bapack-bapack). Cuma waktu itu gak sempat mampir ke peternakan lebah madunya. Pagarnya digembok Enggak ada orangnya!" bebernya.
Yasudah saya coba deh samperin. Jadilah saat perjalanan beberapa waktu lalu itu saya berdua saja. Enggak ditemani Ayung. Bareng sama Om Nanang yang jauh-jauh datang dari Padalarang.
Kebetulan juga Om Nanang sama sekali belum pernah eksplor ke daerah Mekarwangi dan sekitarnya.
"Aman pakai sepeda gravel kan?" katanya.
Nah ini... Meskipun kami namanya MTBCYCLINGTOUR, bukan berarti harus pakai MTB. Soalnya kami kan Mountain Touring Bike. Jalan-jalan gowes ke rute pegunungan pakai sepeda, udah fix pasti masuk!
Singkat cerita, kami sudah sampai di Mekarwangi pukul 10 pagi. Suasananya cerah banget dan yang paling menyenangkan itu anginnya bener-bener sejuk.
Sudah puas foto-foto di kebun tehnya, saya bawa deh Om Nanang ke salah satu keajaiban Bandung Barat yaitu Alfamart Mekarwangi.
"Alah jauh-jauh ya, ke sini lagi," mukanya menahan ketawa sambil belok ke Alfamart.
Alfamart ini memang selalu jadi rest area tiap kami lewat Mekarwangi. Nah bedanya kalau selama ini setelah dari Alfamart kami lanjut ikuti jalan menuju Gununghalu, kali ini kami balik lagi ke arah kebun teh. Tapi enggak balik lagi ke arah Ciwidey ya...
Enggak jauh dari Alfamart, ada pertigaan yang sedikit menanjak. Jalannya sih lebar bisa masuk satu mobil. Tapi uh pemandangannya... Sudah berkali-kali ke Mekarwangi kok makin takjub aja deh sama viewnya.
![]() |
Ini tujuan kami, peternakan lebah ada di perbatasan kebun teh dan hutan... |
![]() |
...dengan rute nanjak halus dan view yang syahdu banget, bikin lupa sama capeknya. |
Begitu kebun tehnya habis dan persis di pinggir hutan, terdapat sebuah bangunan rumah dari kayu yang merupakan tujuan kami, peternakan lebah madu Mekarwangi.
KTH D'BEES LESTARI APIARY. Begitu tulisan di depannya. Saya langsung parkir sepeda di pagarnya. Dari dalam, sudah ada orang yang memanggil.
"Mampir sini om! Air madu dulu!"
Saya masuk dan langsung disambut oleh Kang Dika, owner dari D'Bees Lestari Apiary. Orangnya ini asyik banget diajak ngobrol. Jarang-jarang sih ketemu orang baru ketemu langsung bisa akrab kayak teman lama.
Sambil meminum air madu yang disuguhkan, aduh segernya, saya sempatkan melihat-lihat ke sekitar.
Tempatnya sepi saat itu. Ada sebuah rumah panggung seperti bale-bale buat nongkrong, lalu di halamannya terdapat beberapa rumah lebah. Enggak banyak memang.
![]() |
Lihat bale-bale gini bawaannya pengen rebahan... |
"Aman nih kang lewat sini, takutnya nanti dari sini gowes dikejar lebah..." tanya saya yang langsung dibalas ketawa sama Kang Dika.
Asli, dia ngakak saat itu.
"AMAN KANG! Kalau lebah madu yang nyengat itu kita taruh di hutan kok sarangnya. Ada 200 rumah. Kalau yang di sini itu sarang teuweul (stingless bee / Trigona itama). Enggak bisa nyengat," jelasnya.
![]() |
Beberapa sarang teuweul yang dihias seperti rumah-rumahan di pekarangan |
Lalu datanglah momen yang bakalan saya kenang seumur hidup saya.
"Mau nyobain madunya teuweul?" ajak Kang Dika.
Saya pikir Kang Dika bakal nyodorin botol dan gelas. Atau pakai sendok lah. (ya saya pikir kan kalau mau minum madu ya begitu). Dia malah ngambil pasak.
Dia mengajak saya dan om Nanang ke sebuah rumah lebah. Kemudian dicongkel pakai pasak. Enggak lama, lebah-lebah hitam langsung mengerubung. Tapi karena enggak ada sengatnya, jadi mereka enggak bisa ngapa-ngapain. Yeeeee.....
![]() |
Unboxing sarang teuweul |
Dan... sarangnya teuweul ini jauh dari bayangan saya terhadap sarang lebah yang biasanya rapi dan berukuran segienam.
Nah kalau sarangnya teuweul kayak sarang alien dengan beberapa cekungan seperti mangkuk yang berisi madu.
Sudah gitu bentukan lebahnya juga enggak kaya lebah yang warna kuning-hitam. Teuweul warnanya full hitam dan sekilas ukurannya seperti lalat.
![]() |
SARANG ALIEN! |
Setelah itu Kang Dika memberikan saya sedotan air mineral. Saya bingung ini buat apa.
"Sedot. Langsung dari sarangnya. Kayak gini," ia mencontohkan.
Nah ini! Salah satu momen tak terduga dalam perjalanan gowes. Bisa-bisanya saya dan Om Nanag dikasih kesempatan minum madu langsung dari sarangnya. Madu teuweul pula yang terbilang langka.
Rasanya dan teksturnya juga jauh berbeda dari madu biasa. Konsistensinya lebih cair dan lebih kentara rasa asam seperti jeruk tapi masih ada manis-manisnya. Jangan-jangan madu teuweul ini jadi inspirasinya madurasa lemon?
"Madu teuweul emang asam, kang. Banyak mengandung vitamin C. Ini akang nyobain dari sarang jadi manisnya masih kentara. Kalau sudah kita panen dan dibotolin, nanti jadi lebih asam lagi," ujar Kang Dika.
Ia juga buka-bukaan soal harganya. Madu teuweul dijual per kg dengan harga Rp 275 ribu. Lumayan bedanya dengan madu biasa yang ada di rentang Rp 200 ribuan per kg.
"Panennya emang enggak bisa banyak. Tetep sih madu biasa yang jadi jagoan di sini. Tapi sekarang belum panen. Cuacanya lagi jelek. Pohon kaliandra hutan pada rontok bunganya. Makanya lebahnya jadi malas bikin madu," tambahnya.
![]() |
Kang Dika dan hawimaw hawimaw... |
Ia juga mengenang masa-masa pandemi ketika harga madu naik gila-gilaan. Dari jualan madu saja ia bisa membangun dua rumah di kampungnya.
"Sekarang mah halaah banyak yang palsu. Ini liat di Tiktok masa ada jual madu Rp 30 ribu. Sudah pakai botol beling. Madu sama air banyakan air gulanya!" keluhnya.
Saya dan Om Nanang cukup lama di situ memang. Ngobrol jenaka bersama Kang Dika. Asli, enggak ada obrolan daging saat itu. Yaiyalah bahasnya madu. Sudah saya bilang juga di atas, orangnya asyik. Gampang akrab!
Sekitar pukul 1 siang, kami pamit. Sudah 1 jam lebih kami keasyikan ngobrol yang bahasannya sudah melebar kemana-mana dari jalan rusak sampai alokasi dana pemda yang goib entah kemana.
"Isi dulu itu botolnya pakai air madu. Udah penuhin aja. Orang sini mah sudah bosen minum beginian!" kata Kang Dika setengah memaksa.
Sungguh pertemuan kami dengan Kang Dika dan nyamper ke peternakan madu D'Bees Lestari Apiary jadi momen manis buat saya dan Om Nanang. Dapat ilmu baru, dapat kawan baru. Core memory unlocked!
Oiya Kang Dika juga welcome kalau ada rombongan yang mau datang. Ia bisa menyiapkan nasi liwet. Wah menarik ini... Mesti diagendakan nih buat trip selanjutnya! (Kalau mau nomor hp Kang Dika, DM ke IG kami @mtbcylingtour ya).
Berbekal air madu sebotol kami lanjut lagi turun ke jalur syahdu yang memang jadi incaran buat ditelusuri. Nah baru juga 10 meteran dari peternakan lebah langsung terjun medannya dengan batu-batu kerikil lepas.
Eh kocaknya, paling sekitar 100 meteran sudah ketemu jembatan yang jadi pembatas antara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Jalannya sudah dicor. Mulus!
![]() |
Sudah mulus, sepi, syahdu, suara tonggeretnya kayak pake horeg! |
Pantas saja tadi Kang Dika curhat... Warga Mekarwangi itu kalau bisa memilih pasti maunya join ke Kabupaten Bandung...
Tapi yah, itu cerita buat lain kali. Kami pun kembali turun mengikuti jalur itu sampai ketemu perkampungan lagi. Ini jalur kalau dibalik alias ke peternakan lebah lewat situ bakal sakit banget. Gradiennya di atas 15 %. Kami turun aja udah kayak terjun...
![]() |
Lho jalanannya putus? Enggak, cuma terjun aja gradiennya... |
Nah sampai di persimpangan, harusnya kami kalau lurus bakal ketemu jalan utama Kecamatan Ciwidey yang nembus ke Jalan Raya alun-alun Ciwidey. Tapi ah masih jam 1...
"Belok apa?"
"Ayo!"
Jadilah kami malah pulang lewat Sukawening, nanjak edan lagi sampai Pasir Seuti yang sekarang malah jadi ada tempat wisata.
![]() |
Puncak Pasir Seuti, Sukawening |
Akhirnya kami tuntaskan perjalanan manis hari itu di Warung Lemon Teh Nur. Saat itu sudah pukul setengah 4 sore dan akhirnya ketemu hujan. Sudah mana langsung gede. Langsung basah kuyup.
![]() |
Gowesernya hanya ada saya dan Om Nanang di Warung Lemon Teh Nur sore itu |
Sambil gemetaran saya menyeruput lemon teh yang rasa-rasanya terbaik se-Bandung Raya itu.
Memang enak. Tapi sensasinya enggak semanis madu yang tadi.
Mekarwangi, ternyata kamu semanis itu ya sampai bisa bikin lemon teh nur terasa biasa saja? (end)
***
ROUTE OVERVIEW BUAT KAMU YANG MAU KE SINI:
Saya buatkan 3 opsi buat yang mau mencoba ke peternakan lebah madu Mekarwangi. Rute pertama persis seperti saya bersama Om Nanang yang turun via Sukawening. Start di Sadu dan Finish di Warung Lemon Teh Nur.
Rute kedua buat yang mau langsung pulang tanpa harus disiksa tanjakan Nengkelan - Sukawening (EZ mode). Start dan finishnya sama di Sadu dan Warung Lemon Teh Nur, tapi langsung turun lagi ke jalan raya tanpa ada tambahan tanjakan.
Dan rute ketiga buat yang mau kegilaan maksimal nanjak lagi ke warung Amlong (EX mode). Start di Sadu dan finish di alun-alun Cililin.
Ketiganya bisa kamu intip dengan klik tautan Komoot di bawah. Dari situ tinggal pilih download gpx saja. Kalau bingung, bisa tanya-tanya kami melalui IG @mtbcyclingtour ya!
0 Komentar