GUNUNGTILOOP, Salah Satu Rute Gowes Fondo Terbaik di Bandung Selatan!

 


Kalau ada teman atau kerabat dari luar kota dan nanya rute gowes buat fondo di Bandung, ada dua rute bersepeda yang layak dipertimbangkan.

GUNUNGHALOOP dan GUNUNGTILOOP.

Tapi kami sarankan Gunungtiloop saja kalau sang kawan atau kerabat baru pertama kali bersepeda di sekitaran Bandung. Biar enggak kaget...

Apaan nih tiba-tiba bikin artikel rute gowes fondo... Ini bukannya istilah road bike banget? Kamu kan MTBCYCLINGTOUR?

Hehe, belum tahu saja. MTB buat kami itu singkatan Mountain Touring Bike. Asal masih ngider-ngider di rute pegunungan, pakai sepeda, ya mashoook!

Tapi buat kalian yang belum paham, Fondo itu sering diartikan gowes ngabur jauh. Biasanya kalau sudah 100km ya bilangnya fondo tuh.

Namun ada yang bilang, Fondo itu mengacu pada jarak 80 km/mil (tergantung negaranya). Kalau 100 km/mil sebutannya Century Ride. Di atas 120 km/mil sudah kelas Gran Fondo. Dan diatas 200 km/mil sudah Ultra.

Tapi definisi yang saya tulis di atas mungkin saja salah... Yak saya siap saja dikoreksi.

Lagian saya juga mau bahas Gunungtiloop kan, bukan mendadak jadi kelas semantik dan linguistik. Hahaha...

Oke lanjut, kenapa saya sarankan rute Gunungtiloop (GT) ini ketimbang sister route-nya yaitu Gununghaloop (GH) terutama buat orang luar kota yang mau gowes di Bandung?

Ya karena Gunungtiloop jaraknya lebih pendek dengan tingkat penderitaan (nanjak rolling bgst) yang lebih rendah.

Jarak total GT kalau dari pusat kota Bandung sekitar 100 km. Kalau dari rumah saya di Kabupaten Bandung, malah cuma 86 km PP.

Selain itu, enggak ada segmen rute jenaka di Gunungtiloop. Semua sepeda bisa lewat sampai sepeda anak-anak atau seli ban 10 inch aman. Sudah dicor mulus!

Ini warga lokal kalau sampe gede masih gowes, fix jadi atlet

Nah sudah mulai bertanya-tanya dong, Gunungtiloop itu apa? Kok baru dengar? Teman-teman saya orang Bandung kok enggak ada yang tahu?

Soalnya nama itu emang karangan kami dari MTBCYCLINGTOUR saja, hahaha. Rute ini lebih dikenal dengan nama... (drumroll) GAMBUNG.

Tapi yah, kalau sebut Gambung saja, atau Gambung Loop kurang keren. Dan kurang pas, karena kalau looping kan enggak cuma sampai Gambung doang, tapi sampai looping muterin Gunung Tilu dengan sempurna.

Rute GT ini enaknya bisa dinikmati dari dua arah yang berbeda. Mau clockwise atau counterclockwise sama saja.

Berbeda sama GH yang sebaiknya (baca: kami paksa) dinikmati secara clockwise karena kalau dibalik arahnya lebih menyiksa (buat goweser lemah macam kami).

Tiap orang punya preferensi yang berbeda sih kalau buat menikmati Gunungtiloop. Kalau saya karena lebih suka clockwise start dari Banjaran dan turun di Soreang, jadi artikel ini bakal mengikuti urutan arah tersebut.

Namun sekali lagi, rute ini bisa dinikmati dari kedua arah. Jadi kalau arahnya mau dibalik, urutan segmen yang saya jabarkan di bawah tinggal dibalik saja.

PHASE 1 - NANJAK OTR

Pertigaan Kamasan, Banjaran bisa dijadikan titik kumpul (tikum) sebelum menuju Pangalengan. 

Tanjakan menuju Pangalengan ini saya akui enggak berat-berat amat. Enggak ada segmen terjalnya. Gradien maksimalnya aja kalau lihat di Komoot hanya 9%. 

TAPI JAUH BANGET!

Menanjak lewat rute ini lebih capek di mental daripada di kaki karena berasa enggak sampai-sampai. Sebab jarak yang harus ditempuh sampai Pangalengan yaitu 21 km.

Yang bikin lebih berat lagi... Banyak warung yang taruh kulkasnya menghadap jalan. Apa enggak ketarik makin berat itu?

PHASE 2 - PANCI

Sudah sampai Pangalengan? Lega?

Ada satu area yang sering jadi tempat berkumpul goweser buat istirahat yang posisinya sekitar 1 km sebelum bundaran Pangalengan. Orang biasa sebut Warung Barokah, Pia Kawitan, atau lebih tepatnya pertigaan Kertamanah.

Kalau hari sabtu atau minggu sih area ini bakal penuh banget sama goweser, sebab ada juga para pemburu tanjakan yang cuma sampai sana, lalu turun, lalu kadang nanjak lagi diulang.

Heran ya, pada suka nanjak. Kami dari MTBCYCLINGTOUR mah enggak pada suka nanjak. Cuma terpaksa aja.

Oke lanjut dari Bunderan Pangalengan, ambil arah belok kanan ke Situ Cileunca. Lalu bakal ketemu jalan menurun.

Oh what a false sense of happiness, karena setelah turunan kalian bakal ditampar kenyataan karena masih nanjak sampai Pertigaan Situ Cileunca - Riunggunung.

Sebelum lanjut, kamu bisa sedikit detour main ke Situ Cileunca dulu sih. Kalau mau ya...

PHASE 3 - THE GREAT OUTDOORS

Saya selalu berguman dalam hati sembari menahan air mata haru agar tidak menetes ketika gowes di sini dan melihat pemandangan dari Cileunca, Rahong, sampai kebun teh Pasirmalang/ Riunggunung.

Ini kawan saya, Rizal, yang enggak pernah bosan lewat rute ini. Sama, saya juga.

"WHAT A GREAT OUTDOORS!"

Lebay? Yah kamu jalani saja sendiri deh, lihat sendiri, dan rasakan sendiri salah satu climactic moment di Rute Gunungtiloop ini.

Di rute ini kamu sudah bakal menemui hamparan ladang yang luas, hutan pinus, kebun teh, dan Gunung Tilu yang garang menyongsong di depan mata.

Sudah gitu jalannya mulus banget dicornya...

PHASE 4 - NANJAK HUTAN

Sudah puas menikmati keindahan rute Riunggunung? Jangan tenang dulu. Karena kamu sekarang bakalan menanjak hutan lereng Gunung Tilu.

Segmen nanjaknya enggak terlalu panjang sih. Sudah gitu suasananya adem dan syahdu banget.


Kalau kamu melewati rute ini pagi hari, atau sedang beruntung dengan kondisi pencahayaannya, bakal sering ketemu ray of light yang menembus tajuk dan kabut. 

Indah memang, tapi pas lihat tanjakannya yah sabar yah... Bukan terjal, tapi saya tahu kalau sudah di titik ini kondisi fisik pasti sudah tidak maksimal.

Tanjakan ini ujungnya di Warung Batas Gunung Tilu yang memang ada warung di sana. Btw, ini adalah titik tertinggi dari rute Gunungtiloop. 

Kamu mau start dari Banjaran atau Pasirjambu, sampai warung ini ya bisa dibilang penderitaan sudah usai.

Kinda...

PHASE 5 - BLISSFUL DESCENT

Saya bilang turunan menyenangkan kalau urutannya kayak gini ya, kalau dibalik titik startnya beda cerita.

Tapi intinya dari Warung Batas, kamu bakal mulai turun melewati rute hutan sampai memasuki area kebun teh PPTK Gambung.


Tahap ini bakalan jadi momen klimaks Gunungtiloop. Ya puas-puasin saja foto di sini, mau berhenti lama menikmati pemandangan ya silakan.

Toh enggak tiap hari kan bakal melihat pemandangan kebun teh yang luasnya kayak enggak ada habisnya.

Sudah gitu ada yang khas dari rute di Kebun Teh Gambung ini. Yaitu ada momen dimana kamu masuk hutan, lalu keluar dan berada di kebun teh, lalu masuk hutan lagi, keluar lagi di kebun teh.

Entah ide siapa yang bikin jalanan zigzag melewati tree line kayak gitu, tapi keren sih.

Sekilas soal Kebun Gambung ini, umurnya sudah tua banget. Dibangun oleh Rudolf Eduard Kerkhoven tahun 1874. 

Rumah R.E. Kerkhoven ini yang sekarang dijadikan kantor Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung.

Tapi kalau niatnya mau gowes, enggak perlu juga sampai harus ke kantor PPTK. Cuma saya kasih tahu saja, ada kafe PePeTeKa dekat kantor itu yang cocok buat tempat istirahat sebelum pulang.

Kalau kafe bukan gaya kamu dan ingin merakyat, makan baso RW09 saja. Harusnya sampai sini kamu sudah rewog, apalagi kalau belum makan.

Ini Joe, kawan saya yang kena deportasi ke kampung. Pasti dia kangen makan baso di sini.

Sudah makan-makannya? Tinggal turun deh ikutin saja jalan besar sampai ketemu jalan raya Soreang - Ciwidey di pertigaan Pasir Jambu.

Lanjut dari Pasir Jambu nikmati saja rute pulang menuju tempat kediaman masing-masing dengan perasaan senang, enjoy, dan pastinya ada capeknya dong. Bohong kalau enggak.

Btw entah trivia atau fun fact, rute Gunungtiloop ini sama sekali enggak menyentuh Kecamatan Ciwidey.

Waktunya buat Mind Blown karena Gambung itu kenyataannya bukan di Ciwidey, tapi Pasir Jambu. HAIL GEOPOLITICS, MAN!

Satu catatan lagi, kami sarankan melewati Rute Gunungtiloop ini jangan di akhir pekan atau tanggal merah. Biar lebih puas dan maksimal syahdunya ya di hari biasa saja.

Waktu saya foto-foto bareng Rizal Affif (IG @pedallingcoasting) yang beberapa fotonya tayang di artikel ini, kebetulan hari senin dan rute ini sudah kayak nyewa sendiri karena lenggang!

Ini difoto di hari Senin. Kalau akhir pekan susah kayaknya dapat momen gini.


Waktu saya bareng Joe tahun 2021 juga hari biasa, lengangnya sampe bisa balapan sama warga lokal.

Kalau mau mencoba, rasanya rute ini banyak yang punya file gpx-nya. Tapi kalau mau tanya ke saya (atau Ayung) via DM saja melalui Instagram @mtbcyclingtour.

Minta diantar? Ya boleh saja sih. Senang malah kalau kami bisa ke sana lagi. (Apalagi kalau ditambah traktiran makan)

 *****

Mau melihat rute versi Counter Clockwise alias arahnya dari Soreang- Pasir Jambu - Gambung - Gunung Tilu - Riunggunung - Pangalengan - Banjaran, tonton videonya Ayung saja yang ini:

Kalau kamu pilih sister route dari Gunungtiloop yaitu Gununghaloop, baca dulu spoiler rutenya di artikel ini: Rute Gowes GUNUNGHALOOP, Favorit Kami yang Berkali-kali Diulang Tetap Saja Bikin Senang


Info highlight Komoot, klik tautan di bawah:


ARTIKEL TERKAIT:

Posting Komentar

0 Komentar